Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mencatat arus pengiriman barang mengalami pertumbuhan hingga 40% selama pandemi Covid-19. Kenaikan ini banyak disumbang oleh industri farmasi, alat kesehatan dan barang-barang konsumsi (consumer goods).
Ketua Umum ALI Mahendra Rianto menjelaskan dalam rantai pasok barang atau logistik, terdapat tiga tahap pengantaran. Pertama, first-mile delivery, yaitu pengiriman bahan baku ke pabrik untuk mendukung proses produksi suatu barang. Kedua, mid-mile delivery, yakni produk yang sudah jadi dikirimkan dari pabrik ke ritel atau toko-toko. Ketiga, last-mile delivery, alias pengiriman dari ritel atau toko langsung ke konsumen. “Peningkatan arus pengiriman barang terjadi paling besar di tahapan last-mile delivery, naik sekitar 30-40%,”
Kenaikan ini disebabkan banyaknya gerai-gerai farmasi yang memasarkan produknya melalui e-commerce atau platform berjualan online lainnya. Sehingga begitu konsumen memesan, barang bisa langsung dikirimkan, misalnya melalui ojek online.
Meski demikian, arus pengiriman di dua tahapan lainnya sempat mengalami penurunan, terutama pada tahap first-mile delivery. Menurut Mahendra, hal ini terjadi karena pada awal pandemi aktivitas perdagangan internasional menurun. Pasalnya, banyak negara memberlakukan lockdown.
Namun, Mahendra tidak merinci berapa besar penurunan pada dua tahapan tersebut. “Ketika trafficnya turun, maka pergerakan kontainer juga turun. Ketika pergerakan kontainer turun, jumlah kapal yang mengangkut juga turun. Sehingga untuk ekspor dan impor kita sulit dapat kontainer,” kata dia.
Mahendra menyebut, kelangkaan kontainer tersebut berimbas pada biaya pengiriman yang melonjak selama pandemi. “Kamo mau sewa satu kontainer saja itu harganya naik sampai 100%, nah ini jadi tantangan sekaligus menghambat kita juga, tidak hanya di awal pandemi namun masih berlangsung sampai saat ini,” ujarnya. Lebih lanjut, ia mengatakan, pertumbuhan industri logistik ke depan akan sangat bergantung pada keberlangsungan industri lainnya, seperti usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), industri makanan minuman, dan lainnya.
“Selama industri itu bergerak dan berproduksi, pasti aktivitas logistik juga akan naik,” ujar dia.
Pengiriman Barang Tak Terhambat Selama PPKM Darurat Pemerintah telah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Pulau Jawa dan Bali.
Meski terjadi pembatasan di beberapa ruas jalan, Mahendra menyebut tidak ada hambatan pengiriman dan keterlambatan barang. “Kami termasuk yang sektor kritikal dan boleh beroperasi, justru dengan adanya penyekatan di sejumlah titik, waktu tempuh untuk pengiriman menjadi lebih cepat,” kata dia.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi juga mengungkap saat ini tidak ada kendala dalam pengiriman barang.
Ia mengungkap, pihaknya akan terus mengoptimalkan semua jalur pengiriman baik jalur darat maupun udara.
“Kami optimalkan semua jalur distribusi, moda transportasi, dan sistem komunikasi untuk memastikan proses pengiriman tidak terkendala apapun,” katanya.
Sumber: https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/60e6bc288f45c/industri-logistik-tumbuh-40-selama-pandemi-covid-19